OMONG KENTANG (Part 3) : Sepatu Tanpa Tanda Centang

Akhir-akhir ini aku berusaha untuk lebih 'naik kelas' dalam beribadah wajib. Targetku adalah bisa sholat agak on time dari seperti biasanya. Maklum, sebagai pekerja kantoran, hanya dijatah 1 jam istirahat (padahal ya nggak seh, sering banget lebih dari 1 jam hehe). Tapi sayangnya, jatah istirahat 1 jam serta mendapatkan waktu tepat jam 12 untuk istirahat tak membuatku menjadikan mushola gedung sebagai jujukan utama.

ada apa dengan sepatu ya?
Perut yang berdendang lebih diutamakan dari adzan yang berkumandang. Pesan makanannya 2 menit, proses buatnya 10 menit, makannya 5 menit, gibahnya 30 menit ! HAHAHA. Sungguh aku bukan karyawan teladan maupun hamba kesayangan 
Sehingga aku baru menunaikan shalat dzuhur sekitaran waktu jam 12.45 - 13.15
Hingga aku tersadar, pada suatu kondisi. Siang itu aku membawa makanan sendiri (biar hemat dan juga sehat ehehe), Aku memilih makan di ruangan dan tidak gabung dengan teman-teman kantor.
Adzan berkumandang, 11.47 WIB
Iseng aja, 'kayaknya sholat dulu lebih enak deh biar kelar makan langsung kerja kerja kerja !! (biar kayak pak presiden hehe)' (maklum, saat itu perut masih tak berdendang,hehe)
Memang membutuhkan tenaga yang lebih untuk menggerakkan kaki ke mushola gedung yang terdapat di basement. Maklum gedung elit, tapping kartu aja harus berkali-kali terjadi, hingga ganti lift khusus menuju basement.
B2 - Musholla
Aku berdecak kagum. Sepatu di rak mushola cukup penuh.
Dari orang yang berdasi, hingga mas-mbak cleaning service toilet, serta bapak-bapak office boy kantorku (meski yg berdasi lebih sedikit).
Mataku juga tertuju pada bapak-bapak OB kantorku, mereka duduk melepaskan sepatu. Menyapaku dengan senyuman dan panggilan.
Kemudian aku masuk ke tempat sholat wanita, hanya sekitar 10 orang disana. Termasuk ada mbak-mbak cleaning service toilet yang biasanya berjumpa denganku.
Kekagumanku dua kali.
Setelah menunaikan dzuhur berjama'ah, aku kembali keatas (bukan kayangan, lantai kantorku maksudnya hehe)
14.57 WIB - Adzan Ashar
'Shalat ontime lagi ahh'
Dan lagi, kutemukan sepatu bapak-bapak office boy kantorku yang telah berbaris rapi disana.
Aku iri.
Bagaimana bisa mereka melakukan 'ibadah syukur' tepat waktu daripada aku ?
Hidupku yang mungkin lebih baik dari mereka.
Bagaimana bisa mereka telah benar-benar ikhlas meninggalkan pekerjaan urusan dunia dan menghamba dengan begitu sukarela tanpa merasa dipaksa ?
Aku tertampar.
Aku menatap nanar pada barisan sepatu tanpa tanda centang itu.
Sepatuku juga bukan merk dengan tanda centang, namun harganya bisa mencapai setengah harga dari sepatu tanda centang.
Namun masalah ibadah sepertinya kartu mereka lebih tercentang daripadaku.
Lihatlah mereka yang bersepatu tanpa tanda centang,
Menanggalkan urusan dunia demi panggilan adzan berkumandang,
Penilaian ibadah memang mutlak urusan Tuhan,
Namun setidaknya mereka mencoba untuk mengutamakan sembahyang
Bisa saja, kepatuhan mereka dalam panggilan adzan menjadi nilai plus bagi rapot ibadah mereka.
Sepatu tanpa tanda centang..
Begitu ringan kau langkahkan kaki untuk sembahyang
Tak perlu berharga jutaan maupun untuk gaya-gayaan,
Terpenting pemilik bisa menghantarkannya ke rumah Tuhan
Sepatu tanpa tanda centang
Model tak harus mengikuti zaman, asalkan pemilik masih bisa memperkuat iman
Sepatu tanpa tanda centang,
Hargamu mahal bukan karena kualitas pembuatan,
Namun bagaimana pemilik bisa lebih mempergunakanmu dalam kebaikan
Sungguh aku malu, wes sepatu larang!
Katene sembahyang kok sek aras-arasen dan kakean alasan!
Dear Sepatuku yang juga tanpa tanda centang, awakmu luwih larang, ayok ojok kalah! kudu rajin sholat on time!!!!!



Jadi, sepatumu harga berapa ? Dan udah dipake kemana aja gaes ???? wkwk

Komentar

Postingan Populer