OMONG KENTANG (Part 2) : Panggilan Sayang atau Ungkapan Kebencian?

Akhir malam liburku minggu ini, aku selebrasikan dengan membeli thaitea-minuman manis semanis senyum yang beli, ehe, dan juga semangkok bakso aci yang telah menjadi favorit selama dua minggu terakhir. Tak ada yang aneh dari tempat Bakso Aci yang selalu rame, antri, dan penuh kesabaran dalam antrian. Biasanya banyak pasangan dan sekelompok mahasiswa yang berakhir dengan rasan-rasan dan huha huha kepedesan.
Aku duduk sendiri (kupertegas, iyaa sendiri)! Kemudian di sampingku terisi oleh seorang Ibu dan dua orang anak perempuan : satu berusia belasan dan satu masih berusia sekitar 4-5 tahunan.
Pesananku sudah dibuatkan, kutambahi beberapa sendok sambal agar esok pagi lebih semangat ke kamar mandi (?) 
(source : google/Bakso Aci)

Beberapa suapan sendok terasa biasa saja, kurang pedas. Hingga suapan selanjutnya terasa pedas, bukan karena sambal, tapi karena telinga ini pedas akan ucapan Si Kakak kepada Si Adik perempuannya. 

"Geseran, Budek!", ucap kakak dengan intonasi meninggi dan culas.
Refleks, aku langsung menoleh. Nggak mungkin kan nama Si Kecil "Budek" 
Aku lihat, pura-pura clingak clinguk. Hmm..Pantas saja dia berani, Ibunya rupanya telah pergi.
Ingin aku tegur, tapi aku siapa ???
Yasuda, aku melanjutkan makan.
Kemudian kembali terdengar ucapan pedas.
"Lu Budek apa Begok sih!"
Pengen kayak Saras 008-Pembela Kebenaran 
Tapi sayangnya aku hanya Nabila yang sedang kelaparan dan tidak cukup berani menegur sebuah kekerasan verbal.
Aku tidak tahu, apakah Orangtua maupun keluarga kurang mengajarkan atau memberi contoh agar dia menjadi kakak yang baik dan penyanyang ?
Aku tidak tahu, apakah disini hal tersebut adalah hal yang wajar kepada anak umur 4-5 tahunan ?
Aku tidak tahu, apa landasan Si Kakak mempunyai "panggilan sayang" yang lebih terdengar sebagai wujud kebencian.
Aku tidak tahu, entah Si Kakak yang salah pergaulan atau memang Si Kakak yang telah dipenuhi api kecemburuan.
Aku refleks menoleh kembali. Biarin!
Aku anggap tolehanku sebagai wujud peneguran kepada Sang Kakak!
Benar saja, tingkahnya langsung diam dan tak nyaman.
Hingga ibunya kembali, dia memilih diam daripada kembali mengumpat kepada adiknya.
Ibunya datang,
#BukanSaras008 saatnya menyudahi makan Bakso Aci~
Sembari berdoa dalam hati
"Semoga semarah-marahku, semangkel-mangkelku pada dolor, konco, calon bojo, tukang nasgor, yayuk sayur, aku nggak bakal dadi tukang mengumpat"
dan terselip lagi doa
"Semoga anak-anakku emben, bakalan menyayangi dolor-dolore dengan panggilan sayang yang menyejukkan maupun menggelikan pun tak apa, ehehe, asal jaga umpatan,"
semisal "Adikku sayaangg, yang cantik, baik, sholehah, pinter, YUK MAIN YUKKK"~~
dibales "Hayuk kakakku sayang yang sholeh, pinter, baik, ganteng, rajin menabung, rajin bantu ibu beli micin di warung meski kembaliannya tak pernah dihitung, rajin bantu ayah nyiram halaman meski minta bayaran.....(opo manek?)"  *diajari ibuke, mangkane alay panggilan sayange~

Komentar

Postingan Populer